Senin, 27 Agustus 2012

Selagi Masih Ada Kesempatan


dft, Pengkhotbah 12:1-8 by Ev. Wilmard Manohas, S.Th
Cita-cita merupakan sesuatu yang diimpikan setiap insan manusia yang pernah hadir ditengah-tengah kehidupan ini, sehingga ada istilah kuno yang selalu diungkapan oleh setiap orang yang ingin berhasil dalam kehidupannya, bahwa ia ingin mencapai cita-cita setinggi langit.
Berbagai cara yang dilakukan supaya tujuan pencapaian cita-cita itu dapat tercapai. Demi cita-catanya supaya jangan ketinggalan, manusia harus bekerja dan belajar terus menerus tanpa mengenal lelah. Tetapi sayang sekali walaupun berbagai cara yang dilakukan untuk mencapai maksud tersebut toh cita-cita yang hanya ditawarkan sampai kelangit saja.

Ada seorang dalam sejarah kehidupan dunia menawarkan, bagaimana mendapatkan cita-cita, bukan saja sampai kelangit yang bersifat sementara tetapi lebih daripada itu jauh ke depan, bersama sang pencipta alam ini.
             Dalam pasal ini ada tiga kebenaran penting yang dapat kita pelajari, sesuai dengan tema pembacaan diatas: “Selagi masih ada kesempatan” ingatlah sang pencipta, karena suatu saat:

1. Ayat, 1-2, akan mengalami masa tua yang penuh kesukaran
Suatu saat manusia akan berkata tidak ada lagi kesenangan dalam hidup ini, terasa ada perubahan-perubahan dalam menilai sesuatu waktu pagi seakan dirasakan siang dan siang seakan dirasakan malam, terang seakan gelap, putih seakan terasa hitam demikian sebaliknya, ada suatu ungkapan penyesalan yang keluar dari segala apa yang patut dilakukan tapi tidak pernah dilakukan karena waktu telah berlalu jauh kedepan. itu sebabnya ingatlah akan penciptamu sebelum semuanya terjadi.

2. Ayat, 3-5, bagian-bagian tubuh akan menjadi lemah
Pada ayat-ayat ini sangat jelas mengambarkan bagaimana kelak keadaan struktur tubuh, dimana bagian-bagian yang menjadi alat vital dalam menunjang keberlangsungan hidup akan mengalami kurang kekuatan dan tidak ada manfaatnya lagi karena rapu ditelan sang waktu, dan semakin hari bertambah daya kekuatannya akan semakin tiada arti dan percuma tiada daya. Di sana di gambarkan tangan, kaki, mata, telinga, mulut, lidah gigi dan nafsu makan tiada berfungsi seperti sediakala. Seakan waktu berputar seperti kehadiran sang surya dari ufuk timur dan menghilang pergi bersebunyi dibalik sebelah barat. 

3. Ayat, 6-8, Hidup di dunia ini hanya sementara
Ini lagi menjadi kejadian yang dasyat, tubuh bukan lagi menjadi berkurang kekuatannya melainkan menghilang tanpa ada sepenggal harapan menantinya. Tidak lagi terbakar oleh hangatnya mentari pagi, tetapi tinggal selamanya menanti pengadilan abadi yang akan datang yang menentukan hidup harus bagaimana, apakah mendapat kamar yang penuh dengan gertakan gigi ataukah ruang penuh dengan pohon-pohon kehidupan yang tumbuh untuk selama-lamanya.

Kesia-siaannya bukan berarti, tidak boleh memiliki apa yang merupakan karya Allah, kesia-siaan menjadi bila menjadikan berkat itu tumpuan masa depan, sehingga harapan terasa ada hanya tertuju kepada segala yang dimiliki bukan kepada sang pemberi berkat itu

(Tidak ada alternatif yang lebih baik kecuali ”Takutlah akan Tuhan dan berpeganglah pada perintah-perintahnya) Nasehat ini diungkapkan oleh seorang yang menurut tradisi dialah yang menulis kitab pengkhotbah dia adalah salomo sang raja yang bijaksana, seorang ahli filsafat, arsitek, composer, panglima perang, penyair dan seorang milioner yang sangat romantis. Dengan segudang pengalaman yang disaksikan Roh, ia mengingatkan (All ye who life in the world) semua yang bernaung dalam dunia ini, mengejar cita-cita bukan saja sampai ke tempat yang dapat dilihat dari tempat ini secara jasmani, tetapi suatu kemah yang abadi yang hanya dapat di lihat secara rohani dari sini, tetapi kelak akan bertemu muka dengan muka dan melihat kemah tak sunyi suci itu secara nyata selamanya. 
Tuhan Yesus Memberkati
Baca, ( 1 Timotius 4:8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar